🗻 Kerugian Teknik Pengeringan Daging Atau Ikan Adalah

Penghambatansintesa DNA pada mikroba inilah yang melengkapi tujuan teknologi iradiasi yaitu membunuh mikroba, serangga, bahkan pertunasan (Nuklir). Prinsip iradiasi bahan pangan adalah memberi radiasi dengan dosis tertentu,tergantung tujuan yang ingin dihasilkan kepada bahan pangan. Prinsip iradiasi menurut (Maha, 1981 dan 1982), untuk jaringanotot daging yang telah terbuka dari pada ikan utuh - Terapkan teknik pendinginan untuk setiap tahap pengerjaan untuk menjaga ikan tetap segar dengan melindungi dari sinar matahari, angin dan sumber panas lainnya yang dapat meningkatkan suhu ikan - Untuk mengurangi drip (air dari jaringan otot yang hilang pada waktu produk beku Bahanpangan ikan dan daging yang masih mentah memiliki kandungan air yang tinggi sehingga dapat membuat ikan dan daging menjadi cepat rusak. Oleh karena itu, harus dilakukan pengolahan. Cara pengolahan bahan ikan dan daging yang sering dilakukan berupa pengawetan dengan cara pembekuan, pengeringan, pengasapan dan curring. Metodepengawetan secara kimia dan fisik ini sangat ideal untuk buah, sayur, makanan laut, dan bumbu. 4. Pengeringan. Pengeringan adalah teknik pengawetan makanan yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri, ragi, dan jamur dengan menghilangkan kadar airnya melalui penguapan. Sebab, sebagian besar mikroorganisme membutuhkan kelembapan untuk tumbuh. Prosespenggaraman biasanya diikuti oleh proses pengeringan untuk menurunkan lebih lanjut kadar air yang ada dalam daging ikan, proses penggaraman dipengaruhi oleh ukuran butiran garam (ukuran yang baik 1 - 5 mm), ukuran ikan (semakin besar ikan semakin banyak garam yang dibutuhkan) dan kemurnian garam (garam yang baik adalah garam murni/Nacl). d. KerugianPengeringan : •Sifat asal bahan yang dikeringkan berubah ( bentuk & penampakan fisik/kimia, penurunan mutu dll) •Perlu pekerjaan tambahan untuk menghindari di atas Mengapa bahan pangan dikeringkan ??? a Ikan atau fillet direndam di dalam larutan garam 20% selama 30 menit. Ke dalam larutan garam, dapat ditambahkan bumbu. b. Pengukusan Ikan atau fillet yang telah digarami dikukus selama 20 menit. 3) Pengeringan Ikan atau fillet yang telah dikukus, dijemur atau dikeringkan dengan alat pengering. Kerugianyang lainya juga disebabkan beberapa bahan kering perlu pekerjaan tambahan sebelum dipakai, misalnya harus dibasahkan kembali (rehidratasi) sebelum digunakan Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeringan terutama adalah luas permukaan benda, suhu pengeringan, aliran udara, tekanan uap di udara, dan waktu pengeringan. 1OLbjb. Pengeringan ikan merupakan proses pengolahan yang telah dilakukan sejak zaman dahulu, di mana terjadi penguapan air dalam tubuh ikan ke lingkungan sekitarnya yang disebabkan oleh perbedaan kadungan uap air ikan dengan udara disekitarnya. Buku ini menjelaskan tentang proses pengeringan ikan mulai dari persiapan bahan baku, tahapan-tahapan yang dilakukan, peralatan yang digunakan dan faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas produk yang dihasilkan. Proses pengeringan ikan juga dimaksudkan untuk mencegah mikro organisme dan kegiatan enzim yang menyebabkan penurunan kualitas ikan yang mengakibatkan kemunduran mutu. Melalui proses pengeringan, kegitan mikro organisme dan enzim pembusuk dapat dicegah sehingga ikan memiliki daya awet lebih lama. Buku ini juga mengulas tentang metode pengeringan ikansecara modern menggunakan alat mekanik dan menggunakan oven yang sederhana maupun oven listrik dan bersifat modern. Pengeringan ikan dapat dilakukan dengan berbagaicara yakni menggunakan sinar matahari, udara panas, cabinet vakum, pengeringan beku freeze dryer, gelombang mikro dll. Aspek gizi ikan kering juga dibahas untuk melengkapi konteks dari buku ini, seperti kandungan protein, lemak, vitamin, mineral dan lain-lain. Protein ikan diketahui mengandung asam amino esensial dan asam amino non esensial. Kekurangan nutrisi ikan dapat menyebabkan berbagai macam penyakit, seperti busung lapar, kesehatan mata, kulit dan tulang, bahkan dapat juga menurunkan kecerdasan anak. Selain protein, lemak ikan juga tidak kalah penting perannya dalam metabolisme untuk menjaga kesehatan manusia. Lemak ikan mengandung asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuhyang lebih banyak jika dibandingkan dengan lemak hewan darat, namun demikian daging ikan sangat mudah teroksidasi. Figures - uploaded by Putut Har RiyadiAuthor contentAll figure content in this area was uploaded by Putut Har RiyadiContent may be subject to copyright. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free A preview of the PDF is not available ... Olahan tradisional yang biasanya dilakukan yakni pengeringan alami menggunakan sinar matahari. Menurut Swastawati et al., 2019, pengeringan ikan secara tradisional biasanya dilakukan dengan menjemur ikan di bawah sinar matahari dengan berulang-ulang membalik ikan agar kering merata. Namun, proses pengeringan ikan di Desa Dulangeya dilakukan dengan mensejajarkan 4-5 ekor ikan yang sudah disiangi dan menjemurnya dengan cara digantung di lapak-lapak jualan ikan di pinggir jalan. ...Desa Dulangeya merupakan salah satu desa di Pesisir Kecamatan Botumoito, Kabupaten Boalemo. Salah satu potensi Desa pada sektor perikanan adalah ikan karang batu yang dijual dalam bentuk segar atau diolah secara tradisional menjadi ikan kering gantung. Teknik pengeringan secara tradisional memiliki kelemahan terutama dalam ketidakhigienisan produk. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan meningkatkan keterampilan masyarakat lokal dengan memberikan edukasi dan pelatihan tentang proses pengolahan ikan asap melalui pengaplikasian rumah asap model kabinet dan kemasan plastik vakum. Kegiatan ini dilaksanakan di Desa Dulangeya, Kecamatan Botumoito, Kabupaten Boalemo selama 45 hari. Pelatihan dilakukan dengan memberikan sosialisasi dan edukasi terkait produk olahan ikan asap yang dilanjutkan dengan kegiatan praktik pembuatan ikan asap dan pengemasan. Kelompok sasaran kegiatan yakni istri-istri nelayan di Desa Dulangeya. Melalui kegiatan ini, masyarakat Desa Dulangeya memperoleh keterampilan tambahan dalam membuat produk ikan karang batu asap khas Dulangeya. Masyarakat dikenalkan dan diberikan edukasi terkait proses pengasapan menggunakan rumah asap model kabinet tertutup sebagai upaya mengoptimalisasi pemanfaatan panas dan asap yang terperangkap. Selain itu, model konstruksi kabinet tertutup juga ditujukan untuk meminimalisasi kontak langsung produk dengan sumber-sumber pencemar. Masyarakat juga dilatih dan ditingkatkan keterampilannya dalam hal mengemas produk menggunakan alat vacuum sealer dan plastik vakum serta pemberian label kemasan, sehingga dihasilkan produk ikan karang batu asap yang higienis dan menarik. Dengan adanya kegiatan ini, masyarakat mitra kegiatan telah mampu membuat produk ikan karang batu asap yang higienis dengan kemasan plastik vakum dan label kemasan yang menarik sebagai produk inovasi yang diharapkan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat asin merupakan salah satu produk olahan ikan yang diawetkan dengan garam dan sangat digemari masyarakat sebagai lauk pauk. Pengolahan ikan asin yang cenderung mengabaikan unsur sanitasi dan higienitas serta penggunaan formalin memberikan potensi berbahaya jika dikonsumsi manusia. Penerapan rak pengering ikan dengan konsep PEHI_LING Praktis Ekonomis dan Higienis yang berwawasan Lingkungan diharapkan menjadi solusi bagi pengolahan ikan asin yang lebih terjamin kualitasnya. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan performa ikan asin pra dan pasca penerapan rak pengering ikan PEHI_LING pada ikan Petek, Layur dan Teri di sentra ikan asin Desa Kedungmalang Kabupaten Jepara. Uji yang digunakan antara lain uji bebas formalin, uji mikrobiologis dan analisis proksimat. Hasil pengujian menunjukkan ikan asin yang diproduksi masyarakat Kedungmalang 70 % mengandung formalin, sisanya bebas formalin. Ikan Asin dengan penerapan PEHI_LING 100% bebas formalin. Tidak ditemukan cemaran bakteri patogenic Escherichia coli dan Salmonella spp pada ikan asin Pra dan pasca PEHI_LING. Uji Proksimat menunjukkan rata-rata protein ikan asin pasca penerapan PEHI_LING lebih tinggi daripada sebelum penerapan PEHI_LING. Belvi VatriaAbstrak Ikan bandeng adalah ikan yang banyak digemari oleh masyarakat kita , banyak hasil olahan ikan bandeng yang kita ketahui antara lain bandeng asap, bandeng presto dan lainnya. Meski mempunyai cita rasa yang spesifik dan banyak digemari namun ikan bandeng mempunyai kelemahan banyak duri yang tersebar diseluruh bagian daging. Pengolahan bandeng tanpa duri merupakan salah satu proses diversifikasi produk olahan hasil perikanan yang baru di masyarakat. Bandeng tanpa duri adalah ikan bandeng segar dimana secara biologi struktur tubuhnya banyak terdapat duri halus, dan untuk menghilangkan faktor pembatas duri halus tersebut telah tersedia teknologi tepat guna yang sederhana melalui pengkajian letak dan struktur duri dan menghilangkannya dengan cara mencabut duri. Ikan bandeng tanpa duri merupakan produk yang masih mentah dan diharapkan produk tersebut dapat diolah menjadi produk lanjutan seperti bandeng asap tanpa duri atau produk-produk olahan lainnya. Kata kunci ikan bandeng tanpa duri, proses IrawanGuntarti SupeniKemasan makanan dan peralatan rumah tangga pada saat ini sangat beragam. Masyarakat dihadapkan pada banyak pilihan, namun diindikasikan adanya bahaya migrasi dibalik penggunaan produk tersebut. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang karakterisasi migrasi kemasan dan peralatan rumah tangga berbasis polimer. Penelitian telah dilaksanakan di Balai Besar Kimia dan Kemasan BBKK. Metode penelitian dilakukan dengan pengambilan contoh di pasaran yaitu pasar modern maupun tradisional dengan pengujian rutin di laboratorium. Selanjutnya contoh diuji global migrasi dan kandungan logam termigrasinya. Contoh dikategorikan ke dalam 3 tiga kategori yaitu melamin melamine formaldehyde, kemasan multilayer, dan contoh produk yang berbasis atau berbahan baku polimer kemasan dan peralatan rumah tangga. Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan analisis serta membuat database produk kemasan dan peralatan rumah tangga yang berbahan dasar polimer yang beredar di masyarakat. Standar acuan yang digunakan untuk menentukan ambang batas migrasi yang diperbolehkan adalah Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan BPOM No. HK tahun 2011. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemasan makanan dan peralatan rumah tangga yang beredar di pasaran masih dalam batas aman digunakan untuk produk makanan. Hal ini ditunjukkan dari hasil uji global migrasi, formaldehid terekstrak, dan kandungan logam termigrasi masih berada di bawah ambang batas maksimal yang pengeringan ikan petek Leiognathus sp. telah dilakukan menggunakan alat pengering mekanis tipe vertikal dengan dimensi 60 cm x 60 cm x 270 cm yang dilengkapi penarik udara dari dalam ruang pengering dengan daya 150 watt rpm. Dinding alat pengering terbuat dari lembaran akrilik dengan ketebalan 40 mm. Alat pengering ini menggunakan bahan bakar LPG. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja alat pengering dan untuk mengetahui laju kecepatan penurunan bobot ikan. Ikan petek sebelum dikeringkan telah direndam dalam larutan garam 3% selama 60 menit kemudian disusun di atas rak dengan kapasitas 1,74 kg/rak. Selanjutnya rak dimasukkan ke dalam ruang pengering. Percobaan ini dilakukan sebanyak 3 kali dan setiap ulangan menggunakan ikan petek sebanyak 10,44 kg. Lama pengeringan 720 menit yang menghabiskan LPG sebanyak 3,465 kg atau setara dengan 53,9 kkal/menit. Selama proses pengeringan diamati penurunan bobot ikan dan kadar air, serta kondisi lingkungan seperti suhu dan kelembaban yang diamati setiap 30 menit. Hasil percobaan menunjukkan bahwa suhu dan kelembaban di dalam ruang pengeringan berkisar antara 26,03–55,86°C dan 22,3–78,05%. Jumlah bobot ikan yang hilang selama 720 menit proses pengeringan sebanyak 52%. Kecenderungan penurunan bobot ikan diperoleh persamaan garis logaritma y = -0,2 ln x + dengan nilai r2 = 0,999. Kadar air diperoleh sebesar 47,94% dan nilai aw 0,483 Yusra Yusrap>Masyarakat Sumatera Barat sejak lama mengenal ikan salai, yaitu ikan yang dikeringkan melalui proses pengasapan. Hampir semua jenis ikan dapat dibuat ikan salai, salah satunya adalah ikan Nila Oreochromis niloticus . Penelitian ini dilakukan di Nagari Koto Malintang, Bayua dan Sigiran Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam pada bulan Mei 2015. Penelitian ini bertujuan untuk 1. Mengetahui proses pengolahan ikan Nila Oreochromis niloticus asap yang biasa dilakukan oleh nelayan pengolah dan 2. Program kelayakan dasar GMP dan SSOP dan tingkat penerapannya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dan dianalisis secara deskriptif kualitatif. Berdasarkan kegiatan ini diketahui proses pengolahan ikan Nila Oreochromis niloticus asap masih bersifat tradisional dan belum menerapkan standar GMP dan SSOP dalam mengolah ikan asap. Kata kunci Penerapan, GMP, SSOP, Nila Oreochromis niloticus ,

kerugian teknik pengeringan daging atau ikan adalah